Internet of Things (IoT) telah merubah cara berinteraksi dengan dunia fisik. Dengan menghubungkan berbagai perangkat dan mengumpulkan data, IoT memungkinkan otomatisasi serta pengambilan keputusan yang lebih cerdas. Di jantung sistem IoT ini terdapat Komponen IoT kunci yang disebut aktuator. Jika sensor berperan sebagai indra yang mengumpulkan informasi, maka aktuator adalah otot yang menjalankan perintah. Artikel ini akan mengupas peran krusial aktuator dalam ekosistem IoT.
Baca Juga: Profesional Skill yang Harus Dikuasai Full Stack Developer
Apa Itu Aktuator ?
Aktuator adalah komponen mekanis atau elektro-mekanis yang mengubah energi input menjadi gerakan mekanik. Sederhananya, aktuator adalah “otot” dari suatu sistem, yang menerima sinyal kontrol dan kemudian menghasilkan gerakan. Energi input yang umum untuk menggerakkan aktuator meliputi energi listrik, pneumatik (udara terkompresi), dan hidraulik (cairan bertekanan).
Jenis-jenis Aktuator
Aktuator punnya kategori berdasarkan sumber energinya. Klasifikasi ini berkembang lagi berdasarkan jenis gerakan dan aplikasi utamanya. Berikut adalah beberapa jenis aktuator yang umum:
Linier:
- Menghasilkan gerakan lurus atau bolak-balik.
- Contoh: Silinder pneumatik, aktuator listrik linear, aktuator piezoelektrik.
- Aplikasi: Aktuator linier untuk sistem otomasi industri, seperti mesin CNC, robot, dan sistem perakitan.
Rotari:
- Menghasilkan gerakan berputar.
- Contoh: Motor listrik DC, motor stepper, servo motor.
- Aplikasi: Aktuator rotari dalam berbagai aplikasi, mulai dari peralatan rumah tangga, otomotif, hingga sistem kontrol industri.
Piezoelektrik:
- Menggunakan efek piezoelektrik untuk menghasilkan gerakan yang sangat presisi dan cepat.
- Contoh: Aktuator piezoelektrik dalam aplikasi yang membutuhkan gerakan kecil namun sangat akurat, seperti mikroskop, jam tangan, dan peralatan medis.
Termal:
- Menggunakan perubahan suhu untuk menghasilkan gerakan.
- Contoh: Bimetal, aktuator wax.
- Aplikasi: Aktuator termal dalam termostat, sakelar suhu, dan sistem kontrol suhu lainnya.
Magnetik:
- Menggunakan gaya magnet untuk menghasilkan gerakan.
- Contoh: Solenoid, aktuator magnet permanen.
- Aplikasi: Aktuator magnetik dalam berbagai aplikasi, seperti katup, rem, dan kopling.
Baca Juga: Data Scientist Wajib Menguasai 5 Algoritma Machine Learning Ini
Cara Kerja Aktuator
Secara umum, cara kerja aktuator melibatkan proses konversi energi. Sinyal input, yang biasanya berupa sinyal listrik, pneumatik, atau hidraulik, diterima oleh aktuator. Sinyal ini kemudian terolah oleh komponen internal aktuator, seperti kumparan, solenoid, atau diafragma. Proses pengolahan ini akan menghasilkan gaya atau torsi yang cukup untuk menggerakkan komponen output aktuator. Komponen output ini bisa berupa batang piston, poros motor, atau elemen lainnya yang menghasilkan gerakan mekanik.
Untuk lebih memahami cara kerja aktuator, mari kita ambil contoh aktuator listrik linear. Ketika arus listrik dialirkan melalui kumparan dalam aktuator, medan magnet akan terbentuk. Medan magnet ini akan berinteraksi dengan medan magnet permanen, menghasilkan gaya yang mendorong atau menarik batang piston. Arah gerakan batang piston dapat diubah dengan mengubah polaritas arus listrik. Dengan demikian, sinyal listrik yang bervariasi dapat menghasilkan gerakan linear yang terkendali.
Kesimpulan
Aktuator adalah komponen kunci dalam sistem IoT yang berfungsi mengubah sinyal digital menjadi aksi fisik. Dengan kata lain, aktuator adalah “tangan” dari IoT yang memungkinkan perangkat untuk berinteraksi dengan dunia nyata.
Baca Juga: Full Stack Developer di Era Serverless